5 Tips Menjadi Dosen Gen Z yang Inovatif, Cerdas, dan Inspiratif

5 Tips Menjadi Dosen Gen Z yang Inovatif, Cerdas, dan Inspiratif

Istilah “Gen Z kalau kerja” sedang santer di sosial media. Anak muda itu beramai-ramai mengabadikan momen ketika sedang bekerja. Lalu, bagaimana Gen Z saat menjadi dosen? Apakah ada tips menjadi dosen Gen Z yang ideal?

Salah satu profesi yang juga dilakoni generasi tersebut adalah sebagai dosen. Menjadi dosen tidak melulu mengajar, namun juga perlu membuat inovasi bagi mahasiswa. Gen Z yang dikenal dengan perilaku dan pikiran inovatif dinilai mampu memberikan warna baru dalam dunia akademisi.

Namun, tidak jarang banyak stigma buruk dari masyarakat mengenai anak-anak muda. Sikap Gen Z dinilai tidak sejalan dengan budaya yang sudah mengakar di masyarakat. Lalu, bagaimana seharusnya anak muda menyikapi hal tersebut? Apa yang harus dilakukan?

5 Tips Menjadi Dosen Gen Z yang Inovatif, Cerdas, dan Inspiratif

Artikel ini akan membahas mengenai tips menjadi dosen Gen Z yang berjiwa muda, namun tetap sejalan dengan nilai-nilai yang tertanam di masyarakat. Simak artikel ini baik-baik, ya!

1. Peka Terhadap Perkembangan Zaman

Sebagai Gen Z yang lahir di era paling mutakhir, sudah sewajarnya mengikuti perkembangan zaman dan cakap memanfaatkan teknologi. Sudah seharusnya dosen di era modern ini memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan model pembelajaran.

Ada beberapa platform yang dapat digunakan oleh para dosen muda ini memaksimalkan pembelajaran inovatif dan kreatif. Platform media sosial, learning management system (LMS), video, kuis interaktif, dapat digunakan untuk desain pembelajaran.

Selain menggunakan LMS, ada baiknya dosen menggunakan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). Teknik tersebut akan menambah minat belajar mahasiswa.

2. Membangun Relasi yang Luas dengan Akademisi Lain

Membangun relasi atau sering disebut networking merupakan hal yang amat penting di era digital. Kini mahasiswa berkuliah tidak hanya untuk menuntut ilmu, tetapi juga menambah networking.

Hal ini membutuhkan peran seorang dosen. Seorang dosen dituntut untuk mampu membuka jalur bagi mahasiswa untuk membangun relasi dengan banyak orang.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh para dosen muda. Misalnya, dengan mengadakan kuliah umum, mendatangkan praktisi, atau mengikutsertakan mahasiswa ke acara seminar.

Hal-hal tersebut dapat dilakukan secara virtual, sehingga tidak perlu memikirkan akses untuk bertemu langsung. Selain itu, pertemuan secara virtual dapat menghemat biaya dan memiliki jangkauan lebih luas.

3. Mengadopsi Pendekatan Pembelajaran yang Fleksibel

Mahasiswa masa kini berasal dari generasi yang sangat menghargai fleksibilitas. Sehingga, dosen juga perlu memikirkan hal tersebut. Metode konvensional yang umum dilakukan zaman dulu, mungkin tidak lagi efektif di masa kini.

Ada banyak pendekatan seperti flipped classroom atau blended learning yang dapat memberikan mahasiswa kesempatan untuk belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Inovasi tersebut pasti lebih disukai mahasiswa.

Jangan hanya mendikte, namun juga ajak para mahasiswa untuk menganalisis suatu hal. Zaman sekarang, memberikan permasalahan (case study) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan membantu mahasiswa memahami materi dengan lebih baik.

4. Menerapkan Pembelajaran yang Kolaboratif

Pendidikan yang inspiratif berawal dari diskusi. Sebagai dosen Gen Z, aspek pembelajaran berbasis kolaborasi dan proyek (project-based learning) menjadi hal yang sangat penting.

Selain mengurangi beban dosen, pembelajaran dengan pendekatan kolaborasi akan membantu mahasiswa memahami teori dan pengaplikasiannya. Mahasiswa menjadi lebih mampu memahami cara menerapkan ilmu pada situasi nyata.

Apalagi era digitalisasi ini amat membutuhkan aspek komunikasi. Jika mahasiswa terbiasa bekerja sama dalam tim, maka kemampuan komunikasi, toleransi, berpikir kritis, dan problem solving akan berkembang dengan baik.

Contohnya, mahasiswa diberi proyek untuk memecahkan sebuah permasalahan yang ada di masyarakat. Dalam memecahkan masalah, mahasiswa juga diminta memberikan inovasi alih-alih. Proyek seperti itu akan mendorong mahasiswa untuk berkolaborasi, mengeksplorasi ide-ide baru, dan berpikir di luar batasan.

5. Menjadi Dosen yang Memahami Mahasiswa

Tips menjadi dosen Gen Z yang terakhir adalah menjadi dosen yang memahami mahasiswa. Memahami bukan berarti selalu “mengiyakan”, namun mengedepankan simpati, empati, dan toleransi.

Sikap diktator dan hukuman tidak lagi efektif untuk membuat generasi muda jera. Menjadi dosen Gen Z berarti harus mampu bersikap terbuka dan mampu melakukan komunikasi dua arah.

Sebagai awalan, dosen Gen Z harus mampu menciptakan suasana yang mendukung interaksi dan keterbukaan di kelas. Menjadi dosen yang menginspirasi berarti juga mampu mendengarkan dan memahami aspirasi mahasiswa.

Baik saat mengajar maupun bimbingan, dosen perlu bersikap terbuka untuk diskusi dan memberi umpan positif dan konstruktif. Membangun komunikasi yang baik adalah kunci, sehingga three magic words: maaf, tolong, dan terima kasih perlu diterapkan.

Ketika dosen mampu berkomunikasi dengan mahasiswa, saat itulah mahasiswa akan merasa nyaman dan memiliki minat belajar. Terkadang, hal-hal kecil seperti memberi apresiasi dapat membuat mahasiswa lebih semangat.

Menjadi dosen memang bukan hal mudah. Ada banyak hal yang dipelajari tepat saat menjalani profesi tersebut. Apalagi, dosen diharapkan menjadi sosok yang inovatif, cerdas, dan inspiratif.

Istilah “tidak mudah”, bukan berarti tidak bisa dicapai. Dosen Gen Z pasti dapat menjadi role model bagi mahasiswanya. Oleh karena itu, dosen harus selalu bersemangat dalam memberikan inovasi pembelajaran dan belajar bersikap positif.

Demikian tips menjadi dosen gen Z yang inovatif, cerdas, dan inspiratif. Apakah kamu sudah menjadi salah satunya?