11 Alasan Proposal Hibah Tidak Lolos Substantif

11 Alasan Proposal Hibah Tidak Lolos Substantif

Mendapatkan pendanaan hibah merupakan peluang besar bagi dosen, akademisi maupun peneliti untuk merealisasikan proyek penelitian mereka. Salah satu lembaga yang sering membuka peluang ini adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) serta berbagai instansi lainnya. Dengan dana hibah tersebut, penelitian dapat dijalankan dengan lebih optimal tanpa terbebani kendala finansial.

Namun, mendapatkan hibah bukanlah hal yang mudah karena ada proses seleksi yang ketat. Seleksi ketat dilakukan untuk memastikan hanya proposal terbaik yang layak didanai yang akan terpilih. Nah, salah satu tahap penting dalam proses seleksi tersebut adalah evaluasi substantif, di mana kualitas dan kelayakan proposal akan ditelaah secara mendalam oleh para penilai.

11 Alasan Proposal Hibah Tidak Lolos Substantif

Sayangnya, banyak proposal yang tidak berhasil melewati tahap ini. Ada berbagai faktor yang menyebabkan sebuah proposal hibah tidak lolos seleksi substantif. Berikut adalah beberapa alasan utama yang perlu diperhatikan agar peluang keberhasilan semakin tinggi.

1. Ketidaksesuaian dengan Skema Hibah

Setiap skema hibah memiliki tujuan, kriteria, dan sasaran tertentu yang harus dipenuhi di dalam proposal yang diajukan. Jika proposal yang diajukan tidak sesuai dengan fokus hibah, maka kemungkinan besar proposal tersebut akan gugur pada tahap seleksi awal.

Selain itu, beberapa skema hibah mengharuskan adanya keterlibatan industri, pemerintah daerah, atau komunitas tertentu. Jika proposal tidak memperlihatkan aspek ini dengan jelas, maka akan sulit meyakinkan penilai bahwa penelitian tersebut relevan dengan skema hibah yang diikuti.

Ketidaksesuaian ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap pedoman hibah atau kesalahan dalam memilih jenis hibah yang diajukan. Oleh karena itu, penting untuk membaca dengan teliti setiap persyaratan yang ditetapkan sebelum menyusun proposal.

2. Rumusan Masalah yang Lemah

Penyebab proposal hibah tidak lolos substantif berikutnya yaitu karena lemahnya rumusan masalah. Rumusan masalah adalah elemen kunci dalam sebuah proposal penelitian. Jadi, tidak boleh sembarang dalam menyusun bagian ini.

Masalah yang diangkat harus jelas, spesifik, dan berbasis pada kajian literatur yang relevan. Jika rumusan masalah terlalu umum atau tidak memiliki urgensi yang kuat, maka proposal akan dinilai kurang berbobot.

Selain itu, masalah yang diangkat harus memiliki solusi yang dapat diwujudkan melalui penelitian yang diusulkan. Jika masalah yang dipilih tidak memiliki hubungan yang jelas dengan tujuan penelitian, maka akan sulit meyakinkan penilai tentang pentingnya hibah ini.

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah kurangnya referensi atau data pendukung dalam menjelaskan urgensi masalah. Proposal yang tidak memiliki landasan teori atau penelitian terdahulu yang memadai akan dianggap kurang memiliki dasar ilmiah yang kuat.

3. Metodologi yang Tidak Jelas

Metodologi penelitian harus dirancang dengan jelas dan sesuai dengan tujuan penelitian. Jika metode yang digunakan tidak relevan, tidak realistis, atau tidak dijelaskan secara rinci, maka proposal bisa kehilangan kredibilitasnya.

Kesalahan umum yang sering ditemukan adalah tidak adanya justifikasi terhadap pemilihan metode tertentu. Setiap metode yang digunakan harus memiliki alasan yang kuat dan didukung oleh literatur yang relevan agar dapat meyakinkan penilai.

Selain itu, metodologi juga harus mencakup detail tentang cara pengumpulan dan analisis data. Jika aspek ini tidak dijelaskan dengan baik, maka penilai akan meragukan validitas dan keandalan hasil penelitian yang diusulkan.

4. Luaran yang Tidak Realistis

Luaran penelitian merupakan salah satu aspek penting dalam proposal hibah. Sebagian besar skema hibah menetapkan luaran wajib seperti publikasi di jurnal terindeks, buku, paten, atau produk inovasi. Jika luaran yang dijanjikan tidak realistis dalam kurun waktu yang diberikan, maka proposal bisa dianggap kurang kredibel.

Selain itu, banyak peneliti yang mengajukan luaran dalam jumlah yang terlalu banyak tanpa mempertimbangkan keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia. Hal ini justru dapat menimbulkan kesan bahwa penelitian tidak direncanakan dengan baik.

Sebaiknya, pastikan bahwa luaran yang diusulkan sesuai dengan kapasitas tim peneliti dan dapat direalisasikan dengan metode yang telah dirancang. Luaran yang realistis dan terukur akan lebih meningkatkan peluang proposal untuk diterima.

5. Kelemahan dalam Kajian Pustaka

11 Alasan Proposal Hibah Tidak Lolos Substantif

Kajian pustaka yang memadai menjadi dasar yang penting dalam mendukung penelitian yang diusulkan. Kajian ini harus mencakup referensi yang relevan dan terkini untuk menunjukkan bahwa penelitian yang diajukan memiliki landasan ilmiah yang kuat.

Sering kali, proposal gagal karena hanya mencantumkan pustaka yang tidak relevan atau tidak up-to-date. Kajian yang lemah akan menimbulkan kesan bahwa penulis proposal tidak mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang yang sedang diteliti. Nah, referensi yang digunakan itu maksimal ialah 5 tahun terakhir saat proposal dibuat.

Selain itu, proposal yang tidak menghubungkan kajian pustaka dengan masalah penelitian yang diangkat juga akan kehilangan daya saingnya. Pastikan bahwa kajian pustaka digunakan secara strategis untuk memperkuat argumen dalam proposal.

6. Anggaran atau Rancangan Anggaran yang Tidak Rasional

Penyusunan rancangan anggaran harus dilakukan secara rasional dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Jika anggaran yang diajukan terlalu tinggi tanpa justifikasi yang jelas, maka proposal bisa mendapatkan penilaian negatif.

Sebaliknya, anggaran yang terlalu rendah juga dapat menunjukkan bahwa penelitian tidak dirancang dengan matang. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa peneliti tidak mempertimbangkan kebutuhan riil yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek.

Setiap komponen anggaran harus dijelaskan secara rinci dan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh penyelenggara hibah. Pengalokasian dana yang tidak masuk akal atau tidak transparan dapat menjadi alasan utama gagalnya sebuah proposal.

7. Kurangnya Keterlibatan Tim yang Kompeten dan Rumpun Ilmu Tim Pengusung Tidak Relevan

Tim peneliti harus memiliki kompetensi yang relevan dengan bidang penelitian yang diajukan. Jika tim tidak memiliki rekam jejak yang cukup atau kurang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu, proposal bisa diragukan kelayakannya.

Selain itu, pembagian tugas dalam tim harus dijelaskan dengan jelas. Tim yang terdiri dari anggota yang tidak memiliki kejelasan peran dan tanggung jawab akan sulit meyakinkan penilai bahwa penelitian bisa berjalan dengan efektif.
Oleh karena itu, penting untuk menyertakan daftar riwayat hidup (CV) dari anggota tim serta menjelaskan kontribusi masing-masing anggota dalam proyek penelitian.

8. Tidak Mengikuti Format dan Pedoman yang Ditetapkan

Banyak proposal gugur bukan karena isi yang kurang baik, tetapi karena tidak sesuai dengan format yang ditetapkan oleh penyelenggara hibah. Kesalahan dalam struktur proposal, jumlah halaman yang melebihi batas, atau kelalaian dalam mencantumkan dokumen pendukung dapat berakibat pada diskualifikasi.

9. Kurangnya Inovasi dan Kontribusi Baru atau Tidak Ada Novelty

Penelitian yang diajukan harus memiliki nilai kebaruan (novelmu) dan kontribusi yang jelas dalam bidangnya. Jika proposal hanya mengulang penelitian yang sudah ada tanpa memberikan perspektif atau pendekatan baru, maka peluang untuk lolos akan semakin kecil.

10. Proposal Kurang Meyakinkan dalam Implementasi

Penilai tidak hanya melihat ide yang diajukan, tetapi juga sejauh mana proposal tersebut dapat diimplementasikan dengan baik. Jika proposal tidak menunjukkan perencanaan yang matang dalam hal timeline, strategi pelaksanaan, dan mitigasi risiko, maka bisa dianggap kurang siap untuk didanai.

11. Penelitian Tidak Memiliki Urgensi

Urgensi penelitian juga merupakan bagian penting dalam menentukan lolos substantif atau tidaknya proposal. Yang mana penilai akan melakukan penilaian terhadap kualitas dan relevansi tujuan, permasalahan, state of the art, metode dan kebaruan penelitian tersebut. Tanpa adanya urgensi maka peluang untuk lolos semakin kecil.

Nah, itulah beberapa alasan yang bisa menyebabkan proposal hibah yang diajukan oleh dosen maupun peneliti tidak lolos substantif. Semoga dengan menyimak beberapa alasan di atas bisa membuat kamu yang hendak mengajukan proposal hibah bisa lebih berhati-hati lagi dan bisa mempersiapkan dengan lebih baik lagi.

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn