Selain editor, proses penerbitan sebuah buku juga tidak terlepas dari peran seorang layouter. Sebagai orang yang ingin hasil bukunya tertata dengan rapi dan bagus, penulis harus dapat menjalin hubungan baik serta bekerja sama dengan layouter. Tugas layouter dalam proses penerbitan buku dilakukan setelah tahap penyuntingan naskah oleh editor selesai.
Layouter bisa artikan sebagai orang yang memiliki tugas untuk mengatur tata letak atau desain sebuah buku yang telah disunting. Seorang layouter wajib bisa mendesain buku sesuai dengan tema atau konsep naskah yang diberikan. Dengan kata lain, peran layouter adalah sebagai pihak yang memvisualisasikan naskah atau tulisan menjadi sebuah media yang menarik, informatif, dan mudah dibaca.
Daftar isi
Toggle5 Tugas Layouter dalam Proses Penerbitan Buku yang Perlu Diketahui
Melalui tulisan ini, kita akan mengetahui dan menelaah lebih dalam perihal apa saja tugas seorang layouter, khusunya dalam proses penerbitan buku. Harapannya, setelah membaca keseluruhan isi artikel ini, teman-teman bisa mendapatkan ilmu baru terkait berbagai tahap yang harus dilakukan sebelum sebuah buku terbit. Agar lebih paham, mari kita simak uraian di bawah ini.
Artikel yang sesuai:
1. Melakukan Desain Tata Letak Buku
Tugas pertama dan utama seorang layouter adalah menyusun dan mendesain tata letak buku. Seorang layouter membutuhkan daya kreativitas dan memiliki selera seni yang tinggi agar bisa menyajikan tampilan buku yang menarik. Layouter tidak bisa langsung merancang tata letak buku sesuai dengan keinginannya sendiri, tetapi harus menjalin kerja sama dengan penulis agar sesuai dengan tema naskah.
Bukan hanya memilih ukuran atau jenis huruf (font), seorang layouter juga harus mampu memperhatikan berbagai detail kecil yang sering diabaikan oleh orang lain (pembaca) dalam tata telak buku. Misalnya, mengatur garis tepi, spasi antarbaris (leading), jarak antarteks, penggunaan judul dan subjudul, dan mengatur tipografi.
2. Menguasai Penggunaan Software Desain
Sebagai seseorang yang bertugas untuk mengatur tata letak buku, layouter mesti menguasai berbagai software (perangkat lunak) yang berhubungan dengan desain. Selain untuk meningkatkan produktivitas, mahir mengaplikasikan software desain juga dapat mengembangkan ide/kreativitas dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta analitis.
Beberapa jenis perangkat lunak yang perlu dikuasai oleh seorang layouter antara lain, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Canva, CorelDRAW, Adobe InDesign, GIMP, Adobe Page Maker, dan lain sebagianya. Sebenarnya, dalam melakukan layout buku, layouter tidak hanya bisa menggunakan berbagai software tersebut. Mendesain buku juga bisa menggunakan perangkat lunak sederhana, seperti Microsoft Word.
Mengerjakan desain buku dengan Microsoft Word tentu lebih mudah dan dapat dipelajari oleh semua kalangan. Namun, penggunaan software yang lebih kompleks menjadikan tampilan buku lebih menarik dan memiliki nilai estetika.
3. Memahami Selera dan Segmentasi Pasar
Tidak hanya mampu membuat desain yang menarik dan artistik, seorang layouter juga harus megetahui segmentasi pasar dan selera pembaca. Segmentasi pasar menyangkut pengetahuan mengenai target atau sasaran pembaca, mulai dari usia, jenis kelamin, pendidikan, profesi, gaya hidup, dan kepribadian. Dengan mengetahui hal tersebut, layouter dapat mendesain tata letak buku sesuai dengan keinginan pembaca.
Maka dari itu, layouter tidak boleh malas untuk melakukan riset terkait buku-buku yang sedang tren di kalangan pecinta buku. Semakin banyak riset yang dilakukan maka semakin banyak pula gagasan yang tersusun mengenai desain yang diminati pembaca.
Setelah mempertimbangkan segmen pasar, layouter harus membuat desain cover yang memiliki daya tarik, memilih tipografi yang tepat, ilustrasi yang sesuai konsep, dan tata letak yang mudah dibaca. Dengan memperhatikan komponen-komponen tersebut, buku yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan memiliki peluang untuk laku di pasaran.
Sebagai contoh, mendesain novel remaja tentu akan sangat berbeda dengan buku khusus untuk anak-anak. Dalam mendesain buku anak-anak layouter bisa menggunakan berbagai warna cerah yang dapat menarik perhatian. Berikan juga ilustrasi yang relevan dengan tema cerita dan target usia pembaca.
4. Mengetahui Prinsip Dasar Layout
Salah satu kriteria atau syarat untuk menjadi seorang layouter di perusahaan penerbitan yaitu selalu memiliki ide kreatif. Keahlian tersebut dapat menembangkan tampilan buku menjadi apik dan dilirik oleh pembaca. Namun daya kreativitas tidaklah cukup, layouter juga harus teliti dan cermat dalam melakukan pekerjaannya.
Ketilitian dan kecermatan dibutuhkan untuk membuat desain atau layout yang menarik perhatian dan mudah dibaca. Selain itu, mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dasar layout khususnya untuk buku merupakan suatu keharusan. Berikut adalah beberapa prinsip dasar layout yang penting untuk layouter ketahui, antara lain:
a. Prinsip penekanan (emphasis)
Emphasis memiliki fungsi untuk mengarahkan atensi pembaca dalam menangkap informasi atau pesan yang disampaikan penulis dalam bukunya. Caranya yaitu dengan mengatur ukuran huruf, memilih warna yang kontras, dan menepatkan tulisan di posisi yang mencuri perhatian pembaca.
b. Prinsip keserasian dan keseimbangan
Seorang layouter harus bisa mempertimbangkan antara keserasian dan keseimbangan pada suatu desain buku. Hal-hal yang menjadi perhatian seperti jenis huruf, ukuran hurus, komposisi warna, dan lain sebagainya. Tujuannya yaitu dapat mempercantik visulisasi buku, sehingga pembaca akan menangkap informasi dengan cara yang lebih baik.
c. Prinsip proporsi
Prinsip dasar layout selanjutnya yaitu proposi (proportion). Prinsip ini berperan untuk mengatur komposisi dan ukuran antara berbagai elemen dalam buku, seperti teks, gambar, spasi, nomor halaman, subjudul, dan lainnya. Peran proporsi dalam layout buku yaitu membentuk tampilan (visualisasi) yang lebih rapi, estetis, dan enak dipandang.
d. Prinsip ritme
Ritme merupakan salah satu prinsip dasar layout yang harus dipahami oleh seorang layouter buku yang bekerja di bidang penerbitan. Ritme dapat kita artikan sebagai pengulangan teratur dalam penggunaan elemen-elemen desain, seperti teks, gambar, warna, garis, dan ruang kosong. Selain agar terlihat lebih rapi dan terorganisasi, ritme juga dapat memberikan visual yang menarik bagi pembaca.
e. Prinsip kesatuan (unity)
Prinsip yang harus kita ketahui dalam mendesain sebuah buku yaitu kesatuan (unity). Dalam hal ini, kesatuan yang dimaksud yakni antara elemen-eleman yang nampak secara fisik (teks, gambar, dll) dengan nonfisik (informasi dan pesan) yang akan dikembangkan dalam desain buku. Tujuannya yaitu untuk menciptakan visualisasi yang harmonis dan menarik.
5. Memiliki Pengetahuan terkait Percetakan
Tidak hanya memahami software yang diperuntukkan mendesain tata letak buku, seorang layouter juga harus memiliki wawasan mengenai percetakan. Contohnya seperti mengetahui jenis mesin cetak, ukuran kertas, ilmu tipografi, pemilihan warna, separasi warna, ilustrasi, ilmu keruangan, dan garis.
Selain itu, seorang layouter juga wajib mengernai model warna apa saja yang sering dipakai dalam proses percetakan buku. Model-model warna yang biasa digunakan yakni, grayscale, CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black), bitma, danRGB (Red, Green, Blue).
Nah, itulah penjelasan terkait tugas seorang layouter dalam proses penerbitan buku yang perlu teman-teman pahami. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa tugas layouter bukan sekedar memiliki jenis huruf atau memberi ilustrasi pada buku, tetapi terdapat tugas-tugas lainnya yang membutuhkan ketelitian dan kecermatan. Semoga setelah membaca artikel ini, wawasan kalian mengenai proses penerbitan buku menjadi semakin meningkat.