
Menulis buku bukanlah kegiatan yang mudah, butuh ketelitian dan kesabaran dalam setiap tahapannya, khususnya ketika sampai di titik penyuntingan dan penyempurnaan naskah. Banyak penulis yang tidak menyadari berbagai kesalahan umum dalam penyusunan buku yang bisa memengaruhi kualitas karya mereka.
Tidak hanya penulis pemula yang bisa melakukan kesalahan ketika menyusun sebuah buku, penulis yang sudah memiliki pengalaman menerbitkan buku bertahun-tahun pun pasti tidak luput berbagai kesalahan dasar itu. Misalnya, kesalahan pada struktur narasi yang tidak jelas dan tata bahasa yang tidak tepat yang dapat merusak kualitas sehingga buku tidak siap untuk diterbitkan.
Daftar isi
Toggle7 Kesalahan Umum dalam Penyusunan Buku yang Sebaiknya Penulis Hindari
Melalui artikel ini, kita akan mempelajari lebih lanjut apa saja kesalahan umum dalam penyusunan buku yang sebaiknya penulis hindari. Harapannya, setelah membaca keseluruhan tulisan ini, teman-teman tidak hanya mengenal kesalahan yang sering dilakukan oleh penulis, tetapi juga dapat menghindari kesalahan-kesalahan tersebut dalam proses penulisan dan penyuntingan buku. Agar lebih paham, mari kita simak uraian di bawah ini:
Artikel yang sesuai:
1. Kesalahan dalam Menentukan Kategori Naskah
Kesalahan umum dalam menyusun buku adalah kesalahan kategorisasi naskah. Penulis harus memastikan bahwa naskah mereka sesuai dengan kategori yang tepat saat mengirimkan ke penerbit, karena kesalahan ini dapat menyebabkan naskah tidak akan diterima. Oleh karena itu, penulis harus selektif dan berhati-hati dalam mengirimkan naskahnya.
Misalnya, kita memiliki naskah yang masuk kategori fiksi seperti novel atau antologi cerpen. Namun, ketika mengirim naskah ke penerbit, kita justru memasukkannya ke dalam kategori buku nonfiksi atau pendidikan. Dengan kesalahan fatal ini, otomatis naskah akan langsung ditolak oleh editor karena tidak sesuai dengan fokus divisi atau lini yang dituju.
2. Bab yang Tidak Runtut
Kesalahan umum dalam penyusunan buku yang ketiga adalah bab-bab yang tersaji tidak memiliki hubungan logis atau alur perkembangan yang konsisten. Hal ini menyebabkan kualitas naskah menjadi berkurang dan akan membuat pembaca kebingungan.
Dalam naskah nonfiksi, kesalahan ini dapat berupa pengulangan ide atau topik yang sama persis tanpa adanya perspektif baru atau judul bab yang tidak mencerminkan isi di dalamnya. Untuk naskah fiksi, kesalahan runtutan bab ini dapat terlihat dari transisi antarbab yang terlalu tiba-tiba atau tergesa-gesa, pengembangan karakter yang tidak konsisten, serta konflik yang tidak berkembang.
Naskah yang memiliki bab tidak sinkron antara satu sama lain menunjukkan bahwa kerangka karangan (outline) yang dimiliki penulis sangatlah lemah. Oleh karena itu, naskah tersebut belum siap untuk dicetak dan diterbitkan.
3. Salah Menentukan Segmentasi Pasar
Salah satu kesalahan umum dan bersifat sangat fatal dalam penyusunan maupun penerbitan buku adalah salah menentukan segmentasi pasar. Masalah ini termasuk dalam strategi pemasaran dan bisnis, bukan lagi kekeliruan pada teknis penulisan.
Segmentasi pasar merupakan proses identifikasi kelompok pembaca spesifik sekaligus paling berpotensi untuk membeli dan membaca buku kita. Apabila segmentasi pasar kita tidak tepat, maka akan menimbulkan berbagai akibat, antara lain seperti pemborosan biaya, ulasan yang tidak tepat sasaran, dan daya tarik buku menjadi hilang.
Buku yang disusun tanpa adanya perencanaan atau segmentasi pasar yang jelas akan berakhir menjadi buku yang mempunyai kesan “cocok untuk semua kalangan, tapi tidak dibeli oleh siapapun”. Oleh karena itu, sebagai penulis profesional, kita harus mampu merancang segmentasi pasar atau menentukan target audiens dengan matang. Dimulai dari kedalaman materi, layout, desain cover, hingga strategi promosi yang pas untuk pembaca yang dijadikan sasaran.
4. Penulisan Judul

Judul merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah buku. Tanpa judul, pembaca tidak akan memiliki bayangan atau petunjuk awal perihal isi, genre, atau jenis buku tersebut. Kemungkinan lain yang lebih buruk adalah pembaca tidak akan tertarik untuk mengambil dan membacanya karena tidak ada identitas yang jelas.
Sebenarnya, terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan judul yang sering penulis lakukan, mulai dari typo hingga susunan kalimat yang kurang menarik. Ada juga penulis yang masih menyusun kalimat judul yang tidak sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) edisi terbaru. Contohnya, penempatan tanda baca dan penulisan kata hubung atau pisah yang masih salah.
Beberapa penerbit mungkin masih bisa diajak berdiskusi mengenai kesalahan judul, asalkan isi naskah memiliki kualitas yang baik dan potensi pasar yang kuat. Namun, jika naskah kurang memenuhi standar dan memiliki kesalahan judul, maka kemungkinan besar naskah tersebut akan ditolak.
Ketika naskah kita ditolak oleh penerbit mayor, kita tidak boleh putus asa dan harus bisa mengambil rencana cadangan. Misalnya, kita masih memiliki peluang untuk menerbitkan buku melalui penerbit indie atau self publishing. Dengan demikian, kisa masih bisa membagikan karya kepada pembaca.
Bagi teman-teman yang ingin menerbitkan naskah di penerbit indie dengan kualitas layaknya penerbit mayor, kami merekomendasikan Jasa Penerbit Buku dari Ruang Akademisi. Sebagai penerbit buku yang sudah resmi menjadi anggota IKAPI, Ruang Akademisi menawarkan berbagai paket menarik yang bisa disesuaikan dengan kantong masing-masing. Untuk mengetahui apa saja paket yang tersedia, langsung klik di atas, ya!
5. Tidak Ada Sinopsis
Kesalahan dalam penyusunan buku yang ingin diterbitkan selanjutnya yaitu penulis lupa menyertakan sinopsis. Ketika mengirim naskah ke penerbit, pastikan sinopsis yang kita buat sudah baik dan sesuai ketentuan agar kesempatan diterima semakin terbuka lebar.
Sinopsis yang baik harus singkat, padat, dan jelas, serta memiliki daya tarik yang dapat memikat pembaca potensial. Dalam menulis sinopsis untuk buku fiksi, kita bisa menonjolkan impresi emosi atau konflik, sedangkan untuk buku nonfiksi, soroti keunikan topik yang kita angkat beserta nilai jualnya.
6. Naskah yang Kurang Rapi
Salah satu kesalahan dalam penyusunan buku yang lazim ditemukan dalam proses penerbitan yakni berhubungan dengan layout (tata letak). Contohnya, banyak penulis yang masih kurang menjaga kerapian naskah, seperti pengaturan margin, penggunaan bold, bullet, dan numbering, sehingga membuat naskah kurang menarik sekaligus sulit dibaca.
Padahal, kerapian naskah merupakan hal yang sangat penting saat penyeleksi naskah. Editor akan memberikan penilaian buruk atau bahkan melewati naskah yang tidak memiliki unsur kerapian di dalamnya.Oleh karena itu, penulis sebaiknya memperhatikan kerapian naskah dengan melihat contoh buku yang sudah diterbitkan dan mempelajari cara mengatur naskah yang teratur, tertata dengan baik, dan nyaman dibaca.
7. Penulisan Tidak Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Benar
Kesalahan umum dalam penyusunan buku berikut ini tidak hanya dilakukan oleh penulis pemula, tapi juga penulis senior yang memiliki banyak karya yaitu penulisan yang tidak sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Berbagai kesalahan tersebut meliputi penggunaan huruf besar-kecil, kata depan ‘di’ dan ‘ke’ dan partikel -pun serta -lah.
Misalnya, kesalahan penulisan huruf besar dan kecil pada nama orang, nama kota, nama hari/bulan dan gelar. Agar kesalahan ini tidak terus berulang, penulis perlu menerapkan aturan EBI untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut. Jangan lupa pula untuk selalu membiasakan diri memeriksa atau menyunting tulisan kita sebelum diserahkan ke penerbit/editor.
Nah, itulah penjelasan mengenai kesalahan-kesalahan umum yang biasanya terjadi dalam penyusunan buku atau naskah. Semoga setelah membaca artikel ini, wawasan dan pengetahuan teman-teman seputar dunia literasi dan penerbitan semakin bertambah, ya!





