
Banyak orang yang beranggapan bahwa menyusun dan menerbitkan buku cerita anak lebih mudah daripada novel atau genre buku lainnya. Padahal, menulis buku cerita anak sebenarnya memerlukan kemampuan imajinasi dan kreativitas yang tidak kalah tinggi. Buku cerita anak harus mampu menyampaikan pesan yang mendalam dengan bahasa yang sederhana, serta ilustrasi yang menarik dan sesuai dengan usia target pembaca.
Menerbitkan buku cerita anak bisa menjadi langkah yang menyenangkan bagi para penulis maupun ilustrator yang ingin membagikan cerita dan kreativitas kepada generasi muda. Oleh karena itu, penulis harus mampu memahami alur penerbitan buku cerita anak secara detail, agar dapat mempersiapkan naskah dengan baik dan terhindar dari berbagai kesalahan.
Daftar isi
Toggle7 Langkah Menerbitkan Buku Cerita Anak yang Perlu Kamu Ketahui
Melalui artikel ini, kita akan menelaah secara mendalam apa saja langkah-langkah yang perlu diterapkan ketika akan menerbitkan buku cerita anak. Harapannya, setelah membaca keseluruhan artikel ini, teman-teman dapat lebih memahami proses awal hingga akhir penerbitan buku anak. Untuk penjelasan lengkapnya, mari kita simak uraian berikut ini:
Artikel yang sesuai:
1. Menentukan Target Audiens
Langkah menerbitkan buku cerita anak yang pertama yaitu menentukan target audiens. Sebelum memulai menyusun naskah cerita, penulis perlu memikirkan anak-anak usia berapa yang akan dijadikan sebagai target pembaca. Kemudian, penulis harus melakukan riset yang berhubungan dengan karakteristik dan minat anak-anak usia tersebut, mulai dari kebutuhan hingga kegemaran mereka.
Satu hal yang penulis perlu ingat adalah kemampuan membaca setiap anak berbeda bergantung pada kelompok usianya. Berikut beberapa kategori usia yang umum digunakan dalam menentukan target pasar buku cerita anak, yaitu:
- 0-3 tahun (bayi dan balita): Buku dengan gambar dan bahasa sederhana.
- 4-6 tahun (anak-anak prasekolah): Buku dengan ilustrasi besar, kalimat pendek, dan kata-kata sederhana. Alur cerita sudah lebih terlihat jelas.
- 6-9 tahun (anak usia sekolah dasar awal): Buku cerita sudah memiliki banyak teks, cerita lebih kompleks, dan sudah bisa dibaca sendiri.
- 8-12 tahun (anak usia sekolah dasar akhir/awal SMP): Buku cerita sudah mempunyai alur cerita lebih kompleks, terdapat konflik yang lebih dalam, dan pengembangan karakter.
Setiap kelompok usia memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda, sehingga penyesuaian gaya penulisan sangatlah penting.
2. Memilih Tema yang Tepat
Langkah menerbitkan buku anak yang kedua yaitu memilih tema atau topik yang tepat. Ada banyak tips yang dapat kita adopsi saat menentukan tema buku cerita anak, antara lain dengan memilih tema sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak. Kita juga bisa memilih tema yang mampu memicu imajinasi dan minat anak, seperti persahabatan, hobi, dan petualangan.
Buku cerita anak merupakan salah satu sarana untuk mengajarkan nilai-nilai moral, sopan santun, dan pelajaran hidup. Dengan demikian, penulis diharapkan dapat mengangkat tema yang mendidik dan universal. Jangan lupa pula untuk menciptakan tema yang unik atau belum banyak di pasaran sehingga tidak memberi kesan klise.
3. Pengembangan Cerita
Agar buku cerita anak yang disusun menjadi lebih menarik, penulis perlu membuat struktur cerita dengan jelas. Pengembangan alur cerita (plot) harus dirangkai secara logis, mulai dari awal yang kuat, menuju puncak yang menarik, sampai penutup yang memuaskan. Pada umumnya, anak-anak lebih menyukai cerita dengan akhir yang jelas dan membahagiakan, sehingga penulis tidak perlu memakai teknik plot cliffhanger (menggantung) kecuali buku tersebut merupakan bagian dari seri.
Ketika sampai pada bagian tengah atau titik klimaks cerita, penulis bisa mengulas berbagai hal menarik, antara lain:
- Apa masalah atau tantangan yang tokoh utama hadapi?
- Di mana tokoh tersebut menghadapi tantangan?
- Siapa yang tokoh utama temui saat mengalami masalah?
- Apakah tokoh tersebut mendapatkan pengetahuan baru akibat masalah yang dihadapi?
Melalui pengalaman tokoh utama, anak-anak dapat belajar dan berkembang bersama, terutama dengan bantuan ilustrasi yang menarik serta visual yang mendukung pemahaman mereka. Dengan demikian, anak-anak dapat terhubung lebih erat dengan cerita dan karakter yang ada di dalamnya.
4. Memperhatikan Keseimbangan Kata dengan Gambar

Langkah menerbitkan buku cerita anak selanjutnya yaitu memperhatikan keseimbangan antara kata dengan gambar (ilustrasi). Buku cerita anak memiliki konsep yang berbeda dengan novel yang jumlah halamannya bisa berlembar-lembar. Sementara itu, buku cerita anak bersifat lebih ringkas, karena cerita yang disajikan sederhana atau tidak terlalu rumit seperti jenis buku fiksi lainnya.
Salah satu tantangan terbesar seorang penulis buku cerita anak yaitu harus mampu menceritakan kisah dengan efektif. Caranya yaitu menyeimbangkan dengan sempurna antara teks dan gambar visual. Dengan menggunakan kata-kata yang tepat dan ilustrasi yang mendukung dan relevan dengan isi cerita, penulis bisa menciptakan buku anak yang berkualitas.
Secara umum, buku cerita anak bergambar memiliki jumlah kata yang terbatas, yakni berkisar antara 50 sampai 100 kata. Oleh karena itu, setiap diksi dan gambar harus dipilih dengan hati-hati agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.
5. Menentukan Ilustrator yang Tepat
Memilih ilustrator yang bisa diajak kerja sama dengan baik adalah salah satu keputusan terpenting dalam menerbitkan buku anak. Ilustrasi bukan sekadar pelengkap, tapi bagian utama dari suatu cerita.
Saat proses pencarian atau riset, penulis wajib memastikan bahwa ilustrator mempunyai pengalaman dan gaya menggambar sesuai dengan buku anak-anak dengan melakukan pengecekan terhadap portofolionya. Selain itu, penulis juga bisa meminta rekomendasi dari penerbit maupun penulis yang pernah bekerja dengan ilustrator buku anak.
6. Mempertimbangkan Biaya Produksi
Di Indonesia, biaya penerbitan buku cerita anak sangat beragam, tergantung pada jumlah halaman, jenis dan ukuran kertas, serta sampul yang digunakan. Di samping itu, terdapat biaya-biaya lain yang perlu dipertimbangkan, mulai dari biaya ilustrasi, desain, cetak, distribusi, hingga pemasaran.
Biaya ilustrasi dapat bervariasi, mengacu pada gaya dan kualitas ilustrator yang penulis pilih, sedangkan biaya desain meliputi layout (tata letak) dan cover buku (umumnya buku cerita anak menggunakan hard cover). Penulis juga perlu memperhitungkan biaya distribusi dan pemasaran agar bukunya dapat menjangkau target pembaca.
7. Menentukan Penerbit yang Tepat
Apabila tidak melakukan self-publishing, maka penulis bisa mempublikasikan karyanya lewat penerbit profesional. Memilih penerbit yang tepat dalam proses penerbitan buku cerita anak merupakan langkah penting yang membutuhkan pertimbangan matang. Hal pertama yang bisa kita lakukan yaitu mencari informasi terkait penerbit buku anak yang sudah berpengalaman dan memiliki pamor baik.
Selanjutnya, kita wajib memeriksa kualitas produksi buku-buku yang telah dipublikasikan oleh penerbit tersebut. Kegiatan ini sangat perlu dilakukan untuk menjamin bahwa naskah penulis akan diproduksi dengan baik. Tidak lupa pula untuk melakukan komunikasi intensif dengan penerbit untuk mengetahui prosedur pengajuan naskah, biaya, penyuntingan, dan hal penting lainnya.
Jika di antara teman-teman yang saat ini memiliki naskah cerita anak dan ingin diterbitkan oleh penerbit yang kompeten, maka kalian bisa menghubungi penerbit Ruang Akademisi. Dengan biaya yang kompetitif serta ditangani oleh tim yang profesional serta berpengalaman di bidangnya, karya kalian akan mendapatkan hasil yang optimal dan memuaskan.
Penerbitan Buku dari Ruang Akademisi juga menawarkan berbagai layanan menarik seperti pengurusan ISBN, hak cipta, editing dan layout, hingga cetak buku. Untuk itu, tidak perlu menunggu lama lagi, segera lakukan pemesanan agar buku ceritamu bisa dibaca banyak anak.
Demikianlah, penjelasan mengenai langkah-langkah menerbitkan buku cerita anak yang perlu diketahui oleh teman-teman penulis. Semoga setelah membaca artikel ini, wawasan dan pengetahuan kalian semakin bertambah, ya!





